Dewasa ini berkembang berbagai macam tuduhan yang dialamatkan terhadap Jemaat Ahmadiyah. Tapi apakah tuduhan itu benar..?? Apakah benar Kitab Suci orang Ahmadiyah itu adalah Kitab Tazkirah? atau hanyalah berisikan Fitnah belaka..?? berikut jawabannya..
Rukun Iman yang ke-tiga adalah beriman kepada Kitab-kitab Allah, sebagaimana Al-Qur-an menyebutkan:
QS An Nisa (004) 137
“Hai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan yang telah diturunkan sebelumnya. Dan siapa yang ingkar kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya dan Kitab-Kitab-Nya dan Rasul-rasul -Nya dan Hari Akhir, maka sesungguhnya sesatlahia dengan kesesatan yang sangat jauh.” (QS An-Nisa :137)
QS Yunus (010)-038
“Dan tidaklah mungkin Alquran ini diada-adakan oleh selain Allah; tetapi membenarkan yang ada sebelumnya dan penjelasan Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya dari Rabb semesta alam.” (QS Yunus :38)
Nabi Muhammad saw bersabda:
Hadits Tirmidzi
Artinya: Artinya : Dari ‘Umar bin Khattâb r.a, beliau berkata: Kami sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah s.a.w lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya. Hingga dia mendatangi Nabi s.a.w, lalu merapatkan lututnya pada lutut beliau, kemudian dia bertanya; ”Hai Muhammad! apakah iman itu?”, Rasulullah s.a.w menjawab; ”kamu beriman kepada Allah dan malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan takdir baik dan buruk (HR Tirmizi, Kitab Iman, bab Jibril menggambarkan tentang Iman dan Islam kepada Rasulullah s.a.w)
Berkenaan dengan beriman kepada Kitab-kitab Allah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘alaihissalaam –pendiri Jemaat Ahmadiyah bersabda dalam beberapa tulisan beliau, antara lain:
Bersaksilah kamu bahwa kami berpegang teguh kepada Kitab Allah Al-Quran dan kami mengikuti sabda-sabda Rasulullah yang menjadi sumber kebenaran dan ilmu makrifat, dan kami menerima apa-apa yang telah diijma’kan berkenaan dengannya pada masa itu, kami tidak menambah apapun dan tidak pula mengurangi apapun darinya dan kami hidup dan mati atasnya. Siapa saja yang menambah apapun dalam syari’at yang sempurna ini atau menguranginya atau mengingkari aqidah yang telah diijma’kan, maka ia akan mendapat kutukan Allah, kutukan malaikat dan manusia semuanya (Anjami Atam, hal. 144)