Custom Search

Selasa, 23 Juli 2013

Apakah Halal Membunuh Orang Ahmadiyah ?

Ada salah seorang bertanya kepada Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, ”Untuk menarik perhatian masyarakat awam, orang-orang yang anti terhadap Jemaat Ahmadiyah mengatakan: 'Jika kalian ikut serta dalam arak-arakan demo untuk menentang Ahmadiyah, menganiaya atau membunuh orang-orang Ahmadi, maka di akhirat nanti Rasulullah (saw) akan senang dengan kalian.' Mohon Huzur berikan penjelasan berkenaan dengan hal ini."


Jawab Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h; ”Silahkan anda tanyakan langsung kepada orang yang mengatakan seperti itu, bagaimana dia bisa tahu bahwa Nabi Muhammad, Rasulullah (saw) akan bahagia melihat hal itu? Ada satu cara untuk mengenalinya sehingga kita bisa yakin, apakah beliau (saw) akan senang atau malah sebaliknya akan marah? Apakah cara tersebut didukung oleh Al Quran dan dapat dicerna pula oleh akal sehat?

Hadhrat Rasulullah SAW akan bahagia terhadap segala sesuatu yang sejalan dengan perintah Al Quran dan sunnah beliau (saw) sendiri. Beliau tidak akan bahagia dengan hal hal yang tidak sesuai dengan kedua prinsip itu karena keridlaan beliau (saw) terletak pada keridlaan Tuhan dan kemarahan beliau (saw) terletak pada kemarahan Tuhan juga, ini adalah sesuatu yang pasti. Untuk itu orang yang mengatakan:” Jika kalian melakukan ini dan itu, nanti beliau (saw) akan senang”, mereka wajib membuktikan, apakah hal tersebut pernah dicontohkan oleh yang mulia Rasulullah (saw) atau tidak?

Supaya mudah dicerna, saya akan berikan gambaran, misalnya jika anda mencintai seseorang dan anda berusaha untuk menjadi seperti orang itu, itaat kepadanya, dan melakukan hal-hal yang sejalan dengannya, tentunya orang yang anda cintai itu akan merasa bahagia dengan sikap anda. Tapi sebaliknya, jika anda melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendaknya, maka bagaimana mungkin orang yang anda cintai tadi akan bahagia dengan anda? Keputusan untuk menyelesaikan perselisihan ini adalah dengan mengujinya, apakah dalam majlis-majlis Rasulullah (saw) pernah dilontarkan celaan, cacian yang ditujukan kepada para penentang Tuhan atau beliau (saw)? Tidak, dalam peristiwa apapun, itu tidak pernah terjadi dalam kehidupan Rasulullah (saw).

Sekarang kita lihat apa yang dilakukan oleh para maulwi (kyai --pent) dalam menentang Jemaat Ahmadiyah, mereka selalu melontarkan tudingan kotor, mengutip potongan-potongan sabda Masih Mau'ud (as) lalu menjelaskannya nya dengan keliru kemudian memfatwakan bahwa darah orang-orang Ahmadi itu halal.

Tolong perlihatkan satu saja contoh dari kehidupan Rasulullah (saw) bahwa beliau (saw) pernah melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh para penentang jemaat di zaman ini! Para penentang jemaat mengatakan bahwa orang-orang Ahmadi adalah manusia jahat, terkutuk, anak haram dll, bunuh saja mereka (orang Ahmadi)! --nauzubillah!

Pada prinsipnya adalah sebelum pihak yang anti terhadap Jemaat Ahmadiyah datang untuk membunuh kita, maka sampai saat itu kita tidak diizinkan untuk membunuhnya. Yang terjadi pada zaman Rasulullah (saw) adalah saat itu beliau (saw) telah mendapatkan izin dari Allah Ta’ala untuk membunuh si penyerang, begitu juga para sahabat karena si penyerang tadi datang dengan niat untuk membunuh, setelah membuntuti beliau (saw) sampai di Medinah. Allah berfirman kepada Rasulullah (saw): ”Sekarang engkau telah diizinkan untuk membunuhnya, bunuhlah orang itu!” Rasulullah (saw) memerintahkan para sahabat untuk membunuh orang tersebut sesuai dengan kehendak, izin dan taqdir dari Tuhan, lalu dibunuhlah.

Tapi banyak juga dari antara penyerang itu yang tertangkap hidup, lalu Rasulullah (saw) berbuat ihsan kepada mereka dengan memerintahkan para sahabat untuk membebaskannya, sehingga orang orang pun keheranan melihat perlakuan ihsan beliau (saw) tersebut. Pada satu kesempatan, karena tidak ada tempat lain, para tawanan perang badar diikat ditiang-tiang mesjid Nabawi. Diantara para tawanan itu salah satunya adalah paman beliau (saw) sendiri, Hadhrat Abbas yang saat itu belum masuk Islam.

Dari peristiwa tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa dengan keberadaan orang-orang musyrik di mesjid Nabawi saat itu, tidak lantas mesjid tersebut menjadi tidak suci. Tapi bagaimana dengan para maulwi (kyai --pent) saat ini, jika orang Ahmadi masuk kedalam mesjid mereka, lantas mereka menganggap mesjidnya menjadi tidak suci dengan adanya orang Ahmadi, sehingga menurut mereka orang Ahmadi tidak layak untuk masuk kedalam mesjid mereka. Padahal mesjid Hadhrat Muhammad Mustafa (saw) (Mesjid Nabawi) adalah mesjid yang paling tinggi derajatnya, di tiang-tiang mesjid tersebut pernah diikat para tawanan perang badar yang notabene adalah orang-orang musyrik, meskipun demikian tetap dilakukan shalat berjamaah didalamnya dan tidak lantas ibadah dan dzikir Ilahi umat Islam saat itu menjadi rusak.

Tidak cukup sampai disana, silahkan perhatikan, bagaimana contoh yang telah diperlihatkan oleh Rasulullah (saw). Pada malam harinya, beliau (saw) mendengar suara rintihan yang berasal dari antara tawanan perang yang diikat itu. Ternyata itu adalah suara rintihan Hadhrat Abbas yang disebabkan oleh ikatan yang terlampau kuat. Mendengar suara rintihan itu, beliau (saw) menghampiri Hadhrat Abbas dan bersabda: "Abbas! saya mendengar suara rintihanmu." Sahabah bertanya :"Ya Rasulullah! Beliau adalah paman tuan, tentunya tuan sangat prihatin melihatnya kondisi ini, izinkalah kami untuk melonggarkan ikatannya? Beliau (saw) bersabda: "Tidak! Longgarkanlah ikatan semua tawanan, jika mereka merasa nyaman, maka akupun akan tenang. Meskipun beliau adalah seorang sahabat Rasulullah (saw), tapi tidak faham bahwa Rasulullah (saw) tidak hanya prihatin akan ikatan saudara beliau (Hadhrat Abbas) saja, melainkan prihatin akan ikatan tali yang terikat pada semua tawanan. Beliau (saw) tidak bisa tenang jika ada seorang tawanan pun yang kesakitan.

Kita lihat bagaimana beliau (saw) mengajarkan cara memperlakukan tawanan kepada para sahabat, padahal para tahanan itu adalah orang-orang musyrik yang menaruh kebencian yang sangat dalam terhadap Islam, mereka mencaci, menyerang untuk merampas nyawa dan kehormatan umat islam.

Al-Quran berfirman: "wa yutl’imuunat tlo’aaman ala hubbihii miskiinan wa yatiiman wa asiiraa." Hal ini mengisyaratkan bahwa Orang-orang datang kepada Rasulullah (saw) dengan membawa kebencian, mereka datang untuk membunuh, tapi tarbiyat yang Rasulullah (saw) berikan kepada para sahabat sunggu luar biasa, yakni sebagai buah dari kecintaan itu, mereka justru memberi makan para tawanan itu dengan baik, sehingga banyak sekali diantara para tawanan perang yang dikemudian hari baiat, masuk kedalam Islam dan mereka memberikan kesaksian bahwa “pedang” (kecintaan dan perlakuan baik --Pent) inilah yang telah mengenai kami. Ketika kami menjadi tawanan, mereka (umat Islam) justru membiarkan anak-anak mereka kelaparan dan memberikan kami makanan, barang-barang yang baik diberikan kepada kami sedangkan yang kurang baik diberikan kepada anak dan istri mereka sendiri. Inilah contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah (saw). Walhasil, jika ada sesuatu hal yang akan membuat Rasulullah (saw) bahagia, maka perbuatan seperti inilah yang akan membuat beliau bahagia.

Saya tidak mengada-ada peristiwa ini, semua ini sudah mendapat cap pengesahan dari Al Quran. Sekarang, contoh yang mana yang dimaksud oleh para anti Ahmadiyah ini yang dengannya akan membuat Rasulullah (saw) bahagia? Mereka yang Anti terhadap Ahmadiyah memenuhi majlis-majlis mereka dengan cacian, hinaan yang dilontarkan kepada Hadhrat Masih Mau'ud (as), khulafa beliau dan orang orang suci dalam Jemaat ini, mereka dikatakan fasik dan fajir, sungguh mengerikan. Lantas setelah melakukan perbuatan buruk itu, mereka mengatakan: "Jika kalian mendengarkan cacian ini, maka Muhammad Mustafa (saw) akan bahagia terhadapmu.

Muhammad Mustafa (saw) yang mana yang mereka maksudkan? Apakah beliau pernah mengadakan majlis seperti itu? Jika memang beliau (saw) pernah melakukannya, coba perlihatkan kepada kami, mana dasarnya? Kalau mereka bisa memperlihatkannya, maka saya akan percaya bahwa beliau (saw) akan senang melihat perlakuan buruk itu --nauzubillah.

Para anti Ahmadi pun menghalang-halangi tuan-tuan untuk datang kemari (menemui orang-orang Ahmadi) dengan mengatakan: "Jangan menemui orang-orang Ahmadi! Jika kalian menemuinya, maka iman kalian berada dalam keadaan bahaya dan kesucian kalian akan hilang."

Sekarang kita lihat, bagaimana contah yang diberikan oleh Rasulullah (saw) dalam hal ini? Justru Rasulullah (saw) malah pergi ke rumah-rumah para penentang yang pernah berusaha untuk menghinakan beliau (saw), melempari beliau dengan batu, meskipun demikian beliau (saw) tetap menablighi mereka. Beliau (saw) tidak pernah melarang para pengikutnya untuk berkunjung ke kampung-kampung yang penduduknya menentang beliau (saw). Ketika sebagian kampung-kampung yang lain menutup pintunya untuk menolak kedatangan beliau (saw), lantas beliau (saw) pergi ke Taif untuk bertabligh, beliau (saw) berfikir mungkin dikampung ini masih ada hamba Tuhan yang berfitrat bersih yang bisa menerima Islam. Tapi penduduk Taif justru melempari beliau dengan batu, melukai sampai mengakibatkan darah bercucuran di sekujur tubuh beliau sehingga membuat kaki beliau terselip selip, karena sandal beliau licin oleh darah beliau sendiri. Lalu setelah terhindar dari kejaran para penentang, beliau duduk di suatu tempat dan bersabda: "Ada apa dengan penduduk kampung ini?” Lalu Tuhan mengutus malaikat kepada Rasulullah (saw), Malaikat bersabda: "Jika engkau menghendaki, aku akan tabrakan dua gunung ini sehingga mereka akan binasa dan tidak akan tersisa lagi. Tapi Rasulullah (saw) malah menolak tawaran malaikat itu dan mendoakan penduduk kampung itu supaya mereka mendapatkan petunjuk dan kasih sayang Tuhan. Inilah contoh yang diberikan oleh Rasulullah (saw). Jika ada yang melakukan perbuatan demikian, maka tentu Rasulullah akan bahagia. Jika para maulwi (kyai --peny) memang bertekad untuk mengikuti sunnah Rasulullah (saw) tersebut, maka jika sekalipun orang-orang Ahmadi melempari mereka dengan batu, seharusnya mereka tetap pergi menemui orang Ahmadi dan memberikan penjelaskan bahwa kalian berada dalam kekeliruan, kemarilah! Akan kutunjukan jalan yang lurus kepada kalian. jika para Maulwi (kyai --peny) ini melakukannya dengan niat seperti ini, maka pasti Rasulullah (saw) akan senang melihatnya, karena perbuatan seperti itu sesuai dengan sunnah beliau (saw). Jadikanlah contoh peristiwa Taif tadi sebagai pegangan.

Tapi jika sebaliknya kalian mengatakan: "Lempari orang Ahmadi dengan batu" lantas kalian beranggapan bahwa Rasulullah (saw) akan senang dengan perbuatan itu? Bagaimana mungkin. Muhammad (saw) adalah matahari, Quran menyebut beliau sebagai "siraajan muniiro", untuk itu bagi orang orang yang berada dalam kegelapan, peganglah suri tauladan beliau dan ajarkanlah orang lain sesuai dengan ajaran beliau, maka kalian akan bisa dikatakan telah membahagiakan Rasulullah (saw). Masalah ini sebetulnya simple saja tapi mereka tidak memahaminya.

Terjemah bebas: Mahmud Wardi.
Sumber:Soal Jawab Majlis Irfan Huzur ke IV rh (urdu)

Sumber