Custom Search

Senin, 15 Juli 2013

Khilafah “pepesan kosong”

Al-khilafah Al-Masihiyyah (Al-Mahdawiyyah) versus khilafah pepesan kosong Hizbut Tahrir
Sunnah Rasulullah Saw. dan bahkan Sunnah para nabi sebelumnya memberikan gambaran dengan sangat jelas, bahwa adanya Khilafah itu didahului oleh Nubuwwah (Kenabian). Memang dalam Hadits Rasulullah Saw. dinubuwatkan (diramalkan secara pasti) bahwa pada akhirnya Umat Islam akan memperoleh khilafah ‘ala minhaj al-nubuwwah (Khilafah yang berdasarkan system kenabian).


Dan ini tidak dapat diusahakan atau dikampanyekan sesuai keinginan sekelompok atau beberapa kelompok Umat Islam. Sepanjang sejarah agama Tauhid, tidak ada al-khilafah al-haqqah yang berdiri hasil dari musyawarah, konperensi atau hasil “gembar-gembor” karena khilafah “pepesan kosong” semacam ini tidak ada contohnya baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

Sesuai dengan hadits mutawatir, bahwa Khilafah di akhir zaman ini dipercayakan kepada Isa Ibnu Maryam as atau dikenal dengan Al-Masih Al-Mau’ud (Al-Masih yang dijanjikan) yang secara otomatis dia juga bergelar Al-Mahdi (Imam Mahdi). Hadits menyatakan : Lā mahdiyya illā isa (Tidak ada Imam Mahdi melainkan Isa itu sendiri) dan Kaifa antum idzā nazala ibnu maryama fiikum wa imāmukum minkum (Bagaimana sikap kalian jika turun Isa Ibnu Maryam pada lingkungan kamu sekalian sedang ia bertindak sebagai pemimpin dari kalian juga).

Dengan menggunakan harfu al-takyif (kaifa antum=bagaimana sikap kalian), Rasulullah Saw. nampaknya sudah diberi tahu akan masa mendatang, yakni ketika Al-Masih yang dijanjikan datang di dunia ini banyak dari umat beliau akan yang menentang atau tidak mengakuinya sebagai Al-Masih Al-Mau’ud. Sesuai dengan gaya bahasa dan sifat-sifat hadits nubuwatan (ramalan pasti) dari Rasulullah Saw. Hadits-hadits tersebut harus difahami dengan menggunakan pendekatan balaghiyyah (gaya bahasa baik secara hakiki maupun majazinya) dan manthiqiyyah (secara logika masuk akal atau tidaknya) dengan senantiasa berorientasi kepada Al-Qur’an disamping dengan menggunakan ulūmu al-hadiits (dirayah atau riwayah) . Jika tidak demikian saya yakin sepandai apapun orang tidak akan berhasil mengkompromikan hadits-hadits itu hingga mencapai kesimpulan yang jelas. Dalam kondisi seperti ini, fungsi Malaikat Jibril akan sangat diperlukan, anda boleh setuju ataupun tidak dengan pendapat saya ini.

Seperti hadits yang mengatakan bahwa; Nabi Isa ketika datang akan memecahkan salib dan membunuh babi. Secara ilmu hadits, hadits ini sangat sahih karena diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim serta tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.Akan tetapi untuk memahaminya tidak bisa secara hakiki (apa adanya) karena tidak mungkin Al-Masih yang dijanjikan pergi ke sana ke mari mengelilingi dunia untuk merusak salib baik yang berada di gereja, rumah atau yang dipakai kalung oleh orang-orang Kristen di samping harus pergi ke hutan belantara dan peternakan untuk membunuh babi-babi.

Dari semenjak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad tidak ada yang diberi tugas seperti ini. Hadits seperti ini harus dipahami secara majazi (majaz mursal) sehingga umat Islam bisa memahami bahwa tugas Masih Mau’ud itu adalah untuk merontokan aqidah Ketuhanan Yesus dan Penebusan Dosa yang sangat erat sekali dengan symbol salib melalui barāhin (argumentasi-argumentasi) yang sangat jitu yang membuktikan bahwa Nabi Isa yang dianggap Tuhan, sebenarnya telah wafat serta dan dikubur di Srinagar Kasmir). Membunuh babi diartikan bahwa Masih Mau’ud atau Imam Mahdi yang digelari Tuhan dengan Khalifatullah Al-Mahdi akan mengajarkan dan menyegarkan kembali semangat untuk mengikuti akhlak Rasulullah Saw. sehingga sifat-sifat babi/hewani manusia bisa diminimalisir atau bahkan bagi orang-orang tertentu dihilangkan.

Sumber